Sepakbola Magelang - Sungguh
tragis garis takdir Muhammad Nur Ananda (21), yang harus meregang nyawa akibat
kebrutalan oknum yang diduga suporter salah
satu klub sepakbola.
Ia tewas tertusuk senjata tajam, di
Jalan Temanggung-Magelang, Desa Bengkal, Kecamatan Kranggan, Kabupaten
Temanggung, Minggu (23/7/2017), dini hari lalu.
Suasana
haru masih menyelimuti rumah duka di Dusun Harjosari, Desa Madyocondro,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, pada Senin (24/7/2017) malam.
Satu persatu warga sekitar mulai
berdatangan, sembari menyalami kerabat korban.
Terlihat pula dua karangan bunga yang
berdiri sejajar, atas nama Kapolres Temanggung dan Kapolda Jawa Tengah.
Saat ditemui, Arifin (51) yang merupakan
paman korban, tampak tak
kuasa menahan kesedihan.
Ia seakan belum percaya, keponakan yang
sehari-harinya dikenal sebagai sosok santun tersebut, akhirnya meninggal dengan
cara yang tragis.
Dadanya tertusuk senjata tajam dari arah
belakang, hingga tembus ke depan. Terlebih, selama hidupnya, Nanda tidak
pernah terlibat dalam urusan rivalitas antar suporter.
Bahkan, sekadar meneonton pertandingan
sepakbola pun tidak pernah.
Ia
pun dengan tegas menyangkal, jika belakangan ini muncul anggapan, kalau Nanda
merupakan salah seorang suporter klub sepakbola asal Magelang.
"Atribut klub sepakbola pun dia
tidak punya. Nanda bukan anggota suporter klub sepakbola manapun,"
tegasnya.
Lanjut
Arifin, keberadaan Nanda di Temanggung adalah murni mengais rezeki. Sudah dua
bulan terakhir, korban bekerja di sebuah perusahaan distributor cabai dan
sayur-sayuran, dengan tugas mengepaki, sekaligus mengirimnya ke beberapa daerah
di Jawa Tengah dan DIY.
Setiap harinya, korban berangkat dari
rumah malam hari, selepas salat Isya.
Tragisnya, Nanda banting tulang demi
mengumpulkan pundi-pundi rupiah, guna persiapan biaya bersalin istrinya,
Lasmini (20).
Ya, saat ditinggalkan, istrinya tersebut
tengah mengandung tujuh bulan.
Malang tak dapat ditolak, belum sempat
berjumpa dengan buah hatinya yang pertama, Nanda sudah lebih dulu berpulang.
"Akhir-akhir ini anaknya memang
sangat rajin. Berangkat malam, kemudian siang hari baru pulang ke rumah. Itupun
kalau tidak mengantar cabai dan sayuran ke luar kota. Kemarin itu, pagi
harinya, rencana mau mengantar cabai ke Semarang," ucapnya.
Terang saja, imbuh Arifin, kepergian
korban membuat Lasmini begitu terpukul.
Begitu
juga dengan ibu kandung Nanda, Rofiati (41) yang beberapa kali sempat pingsan
dan tak sadarkan diri, seakan tidak menerima anak pertamanya mendapat perlakuan
sedemikian rupa, dari para oknum suporter yang
tak bertanggung jawab.
Bukan tanpa alasan, ibu kandungnya
memang menaruh harap pada Nanda, sebagai penerus tulang punggung keluarga.
Selain istri dan calon anaknya, Nanda masih memiliki dua orang adik, yang masih
berusia belia.
Sedangkan sang ayah, Mahmudin (44)
bekerja sebagai sopir bus antar provinsi, sehingga sering meninggalkan rumah. (tribunjogja)
0 Comments
Posting Komentar